TEMPO.CO, Bandung – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan, akan mengirim psikolog ke berbagai sekolah di Jawa Barat untuk membantu menangani kasus kenakalan remaja di lingkungan pendidikan. "Ada aspek yang bersifat kompleks, yang menurut saya itu psikologis yang dialami oleh Gen Z hari ini. Sehingga investigasinya perlu melibatkan psikolog agar kita mengetahui masalah itu secara terbuka. Supaya tidak menjadi problem di kemudian hari," kata dia, dikutip dari siaran pers Humas Jawa Barat, Sabtu, 20 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dedi Mulyadi mengatakan, rencana mengirim psikolog tersebut terkait kekhawatiran atas perilaku generasi muda yang dinilai makin mengkhawatirkan. Sehingga, dibutuhkan pendampingan yang lebih intens pada para siswa. "Jadi yang disebut hari ini kalau dulu terpapar radikalisme. Hari ini ancaman terpapar itu adalah virus yang dikembangkan melalui jaringan-jaringan. Kemudian menjadi tontonan dan itu memengaruhi, termasuk tawuran, pelecehan seksual, dan lain- lain," kata dia.
Dedi Mulyadi mengatakan, akan meminta bupati dan wali kota di Jawa Barat untuk melakukan langkah serupa untuk menyiapkan psikolog di jenjang pendidikan yang menjadi kewenangannya masing-masing. "Sudah semestinya di setiap sekolah ada psikolog, terutama SMA dan SMP karena tak mungkin lagi Guru BK. Problemnya sudah akut," kata dia.
Dengan rencana tersebut, kata Dedi, diharapkan setiap sekolah akan memiliki satu psikolog untuk memperkuat fungsi bimbingan dan konseling yang selama ini diserahkan pada guru BK. Ia mengatakan, sejumlah pemicu degradasi moral generasi muda diakibatkan pengaruh arus informasi di era digital, fisik dan motorik yang kurang bergerak, hingga disrupsi kekinian.
Dedi Mulyadi mencontohkan, anak-anak sekarang yang saat ini jarang bergerak dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai, mengonsumsi makanan instan, dan hidup di lingkungan yang sempit dan ekologi yang sudah rusak. Interaksi dengan orang tua yang makin terbatas sementara pengaruh media sosial makin besar sehingga mudah mempengaruhinya menjadi salah satu pemicu permasalahan anak.