Liputan6.com, Jakarta - Sesuai rencana pemerintah, Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) mulai dilaksanakan pada 14 Juli 2025 untuk para Siswa Sekolah Rakyat.
Ini bersamaan dengan dibukanya tahun ajaran baru 2025/2026. Hasilnya cukup mengejutkan, ditemukan berbagai masalah kesehatan pada siswa, mulai dari gangguan penglihatan, karies gigi, prediabetes, hipertensi hingga risiko penyakit jiwa.
Melihat temuan ini, pemerintah berkomitmen memastikan kesehatan siswa-siswi Sekolah Rakyat lewat pemeriksaan lanjutan yang lebih akurat.
"Mulai 14 Juli 2025, program CKG sudah dimulai berbarengan dengan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di 72 Sekolah Rakyat. Sedikitnya 7.300 siswa sudah diperiksa kesehatannya," ujar Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Lovely Daisy, dalam Diskusi Redaksi (DIKSI) yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di Jakarta, Rabu (16/7/2025) petang.
Daisy pun memaparkan hasil pemeriksaan sementara yang masuk ke Kemenkes. Pemeriksaan pada tiga Sekolah Rakyat terhadap 355 siswa yang terdiri dari 175 siswa SMP dan 180 siswa SMA, sebanyak 52,11 persen memerlukan pemeriksaan lanjutan.
"Apabila memerlukan pemeriksaan lanjutan di puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan lainnya tentunya siswa dan masyarakat harus terdaftar di BPJS Kesehatan. Nah, khusus di Sekolah Rakyat nanti ditangani khusus," jelas Daisy.
Pemerintah Indonesia, resmi meluncurkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk masyarakat Warga Negara Indonesia (WNI) yang tengah berulang tahun mulai Senin (10/2/2025).
Gigi Karies Jadi Temuan Terbanyak di Tiga Sekolah Rakyat
Adapun masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan di tiga Sekolah Rakyat tersebut adalah gigi karies sebanyak 42,8 persen.
Diikuti gangguan penglihatan 21,9 persen, gizi kurang 13,8 persen, prehipertensi 11,5 persen, anemia 10 persen, hipertensi 9,8 persen, dan prediabetes 5,6 persen. Ditemukan pula risiko kesehatan jiwa sebanyak 1,9 persen.
Daisy menambahkan, seluruh proses pemeriksaan dilakukan di sekolah. Mengingat CKG adalah proses penapisan (skrining) masalah kesehatan anak didik. Beberapa temuan awal seperti anemia, diabetes (gula darah), dan jantung tentu membutuhkan pemeriksaan lanjutan ke Puskesmas jika memang ada riwayat kesehatan keluarga.
"Untuk menentukan apakah ada gejala thalasemia atau tidak pada siswa misalnya," jelas Lovely Daisy.
Hasil Temuan CKG di Sekolah Umum
Sementara di sekolah umum jenjang SD, SMP maupun SMA temuannya cenderung serupa, yakni status gizi, merokok, kebugaran, tekanan darah, tuberkulosis (TBC), telinga, mata, gigi, jiwa, hepatitis (B dan C), dan kesehatan reproduksi.
Secara khusus cek kesehatan reproduksi dilakukan hanya untuk siswa putri kelas 4-6 SD, riwayat imunisasi hanya kelas 1 SD, gula darah kelas 7 SMP, riwayat imunisasi HPV kelas 9 putri, anemia remaja putri kelas 10 SMP dan talasemia untuk siswa SMP serta SMA.
Menyikapi keluhan publik adanya perbedaan jenis pemeriksaan di beberapa Puskesmas, Daisy menerangkan bahwa Kemenkes sebenarnya sudah mengeluarkan petunjuk teknis (juknis) soal jenis pemeriksaan kesehatan kepada petugas Puskesmas.
"Kami sudah melakukan sosialisasi baik untuk pemeriksaan di sekolah maupun puskesmas dan itu selalu kita monitor," jelasnya.
Secara umum, CKG merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat Presiden Prabowo Subianto yang telah dijalankan sejak 10 Februari 2025 melalui Puskesmas atau Klinik Kesehatan.
Hingga pertengahan Juli, program CKG telah dirasakan lebih dari 12 juta masyarakat umum. Khusus untuk CKG sekolah, Kemenkes menargetkan 53,8 juta pelajar di 282 ribu satuan pendidikan menjadi sasaran utama.