TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkap pemerintah Arab Saudi sempat kesal karena sejumlah permasalahan haji di Indonesia. Cerita itu ia sampaikan kepada ratusan petugas haji saat konferensi pers penutupan operasional penyelenggaraan haji 2025 di Jakarta, Senin, 14 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nasaruddin mulanya menceritakan bahwa sempat terjadi ketegangan dalam pertemuan Presiden Prabowo dengan Pangeran Arab Saudi Masyhur bin Abdul Aziz Al Saud di Jeddah pada Rabu, 2 Juli 2025 lalu. Putra mahkota sekaligus perdana menteri Saudi itu kesal lantaran banyak jemaah Indonesia yang memiliki masalah kesehatan hingga meninggal.
"Saya melihat ada sedikit ketegangan ketika Pak MBS tidak ada senyum di awal. Sepertinya situasinya kaku," kata Menteri Agama yang turut mendampingi Prabowo kala itu.
Namun, ketegangan tersebut tak berlangsung lama. Presiden Prabowo langsung mencairkan suasana dengan melontarkan pujian kepada putra mahkota. Kepala Negara mengatakan meski lebih muda, Pangeran MBS telah menjadi sosok penguasa di tanah haram.
"Angkat topi terhadap kehebatan Saudi Arabia menjadi pelayan-pelayan umat," tutur Nasaruddin menirukan ucapan Prabowo. "Tepuk tangan pada waktu itu, langsung cair situasi, dan Raja MBS pun juga mengalir."
Tak hanya itu, Nasaruddin menambahkan, momen lucu dalam pertemuan juga terjadi ketika menteri haji Saudi menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan haji 1446 Hijriah. Ketika itu Saudi memaparkan bahwa 14 persen jemaah yang wafat di tanah suci dalam musim haji ini berasal dari jemaah Indonesia.
Kepala Negara, kata Nasaruddin, menanggapi dengan guyonan bahwa meninggal di Mekkah dan Madinah memang merupakan cita-cita orang Indonesia. "Jadi semua terpingkal-pingkal ketawa," ujar dia.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta itu menyampaikan pertemuan antara dua negara itu berlangsung cukup lama. Presiden Prabowo juga sempat berbicara empat mata dengan Pangeran Saudi. Hasilnya, banyak kesepakatan terjadi.
Ia menyebutkan beberapa di antara kesepakatan itu ialah izin membangun kampung haji Indonesia, penambahan embarkasi pemberangkatan jemaah Indonesia melalui Tha'if, pemberian masa sewa yang lebih lama hingga 50 tahun, dan berbagai kerja sama investasi lainnya. "Panjang sekali pembicaraan kita pada waktu itu sambil minum kopi Arab, belum makan pada waktu itu," ujarnya.