INFO NASIONAL - Presiden Prabowo Subianto hadir dalam peringatan Hari Buruh Internasional pada 1 Me 2025 di kawasan Monumen Nasional atau Monas, Jakarta. Kehadiran Presiden Prabowo dalam peringatan Hari Buruh itu merupakan momentum bersejarah karena menjadi presiden pertama yang hadir langsung pada peringatan Hari Buruh Internasional dalam 60 tahun terakhir.
Presiden Prabowo berdiri bersama para buruh di panggung utama, melambaikan tangan, menyalami, dan menyapa massa buruh yang meneriakkan yel-yel perjuangan. Ketua Umum DPP Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Jumhur Hidayat menceritakan bagaimana akhirnya Presiden Prabowo Subianto datang saat peringatan Hari Buruh tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Jumhur, adalah Sufmi Dasco Ahmad yang secara intens membangun komunikasi dengan elemen buruh sehingga Presiden Prabowo hadir dalam peringatan Hari Buruh. "Jauh sebelum 1 Mei (Hari Buruh Internasional) dia membangun saling pengertian dengan kaum buruh," kata Jumhur pada Ahad, 29 Juni 2025. "Dasco memahami peta gerakan buruh di Indonesia. Dengan begitu, dia mampu menangkap aspirasi kaum buruh di Tanah Air."
Melalui serangkaian dialog, kata Jumhur, akhirnya Presiden Prabowo Subianto bisa mengumumkan besaran kenaikan upah. "Hal ini tidak lepas dari peran Sufmi Dasco," ujarnya. "Begitu juga dengan dibukanya kembali upaya penyempurnaan regulasi perburuhan juga merupakan buah tangan dia yang punya otoritas selaku Wakil Ketua DPR RI."
Jumhur menjelaskan, peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025 lalu merupakan deklarasi bahwa kaum buruh Indonesia percaya pada niat baik Presiden Prabowo dan DPR RI. "Saya punya keyakinan bahwa dia bisa menjadi jembatan atau agregator antara kepentingan buruh, pengusaha dan pemerintah. Terlebih lagi pemerintah yang berkuasa berasal dari partainya Sufmi Dasco, yaitu Gerindra," ujar Jumhur.
"Presiden Prabowo itu selalu berbasis ideologi dan konstitusi, serta ilmu pengetahuan sebelum mengambil keputusan," kata Jumhur. "Dengan begitu, jarak aspirasi antara kaum buruh dan kesadaran Presiden dalam membela buruh cukup dekat."
Jumhur menambahkan, terjadinya PHK pasti menjadi keprihatinan semua orang, termasuk Sufmi Dasco. Untuk mencegah agar PHK tidak terjadi tentunya dengan gairah membangun industri, salah satunya menghindari barang impor bila kita bisa membuat sendiri. "Sufmi Dasco juga prihatin dengan semakin masifnya produk-produk impor yang sesungguhnya bisa dibuat sendiri," katanya.
"Saya tahu persis juga bahwa Sufmi Dasco ini tidak mau negara atau pemerintah sekadar menjadi juru catat berapa jumlah buruh yang di-PHK, sektor apa saja, dan dari daerah mana. Dia juga ingin pemerintah pro-aktif untuk mencegah atau mencarikan peluang kerja baru, bahkan dengan menggunakan instrumen fiskal khususnya di masa krisis dan bersifat sementara," katanya.
Di sisi lain, Jumhur melanjutkan, Dasco juga turut memperjuangkan kesejahteraan pekerja, seperti peningkatan upah. "Saya rasa untuk tahap awal dalam merajut kenaikan upah 2025 ini sudah tampak hasilnya dengan kenaikan signifikan, yaitu 6,5 persen. Begitu juga dalam upaya membuka dialog untuk penyempurnaan regulasi perburuhan," ucapnya. (*)