Liputan6.com, Jakarta Ibadah umroh ke Tanah Suci merupakan momen yang dinanti umat Muslim. Namun, perubahan cuaca ekstrem, padatnya aktivitas, dan kerumunan manusia yang cukup pada dari berbagai negara bisa meningkatkan risiko tertular penyakit termasuk pernapasan.
Berbicara terkait cuaca, suhu di Saudi Arabia berbeda dengan Indonesia. Bila berangkat umroh saat musim panas yang biasanya jatuh sekitar bulan Juni, Juli, Agustus maka suhu di Madinah bisa mencapai 50 derajat Celsius lalu di malam hari bisa sampai 36 derajat Celsius.
Sementara itu di Makkah lebih rendah sedikit di kisaran 40 derajat Celsius di siang hari dan 30 derajat Celsius di malam hari seperti disampaikan dokter Endy Muhammad Astiwara yang merupakan Ketua Bidang Kesehatan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umroh Republik Indonesia (AMPHURI).
"Namun, bila umroh berangkat di msuim dingin itu di Madinah bisa di bawah nol derajat Celsius," kata Endy saat temu media di Jakarta pada Rabu, 16 Juli 2025.
Lalu, kelembapan udara di sana rendah sehingga meski kepanasan tidak sampai bercucuran keluar keringat. "Di sana panas tapi tidak berkeringat, sehingga saat berkeringat itu sudah langsung menguap enggak sampai keluar (berupa bulir keringat) karena kelembapan udara rendah," lanjutnya.
Kerumunan manusia dengan beragam latar belakang negara dan kondisi kesehatan juga terjadi pada saat umroh meski tidak sepadat ibadah haji. Jarak antar satu dengan yang lain begitu dekat.
"Saat tawaf itu orang dekat dengan kita. Saat sa'i pun juga sama," kata pria yang juga pernah menjadi petugas haji di tahun 1980-an itu.
Tawaf adalah mengelilingi Baitullah sebanyak tujuh kali putaran dengan posisi Kabah berada di sebelah kiri, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad.Sementara itu, sa'i adalah berjalan dari Safa ke Marwah, bolak balik hingga tujuh kali, dimulai dari Safa dan berakhir di Marwah.
Selain itu, Endy juga mengatakan dari segi fisik, umroh merupakan ibadah yang menguras tenaga.
"Aktivitas fisik saat umroh berbeda dengan aktivitas harian biasa, ini kenapa faktor kesehatan harus jadi perhatian," lanjutnya.
Persiapan Kesehatan Sebelum Berangkat Umroh
Selama di Tanah Suci, umroh memakan waktu sekitar sembilan hari. Meski begitu, persiapan yang matang diperlukan agar sehat selama di sana. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan:
1. Memeriksakan Kondisi Kesehatan
Lakukan pemeriksaan kesehatan maksimal empat minggu sebelum berangkat ke Tanah Suci untuk mengetahui kesiapan tubuh.
"Jika ada masalah kesehatan, dokter akan membantu menangani dahulu agar tidak menganggu ibadah selama di Tanah Suci," kata Endy.
2. Vaksinasi
Cuaca ekstrem, kerumunan dan lama ibadah berisiko memungkinkan penyebaran penyakit yang menular lewat udara seperti pneumonia yang mana salah satu virus penyebabnya adalah RSV.
Selain vaksinasi meningitis dan polio, bisa didiskusikan juga dengan dokter rekomendasi vaksin saat umroh terutama untuk kelompok rentan seperti orang lanjut usia.
"Vaksinasi ini berguna bukan hanya untuk di sana, proteksinya kan cukup lama. Jadi bukan hanya untuk saat umroh, tapi manfaat proteksi pun didapatkan saat kembali ke Tanah Air," jelas Endy.
Ia pun mengingatkan vaksinasi dilakukan jauh-jauh hari. Paling tidak 14 hari sebelum keberangkatan agar imunitas terbentuk.
Hal yang sama pun disampaikan dokter spesialis penyakit dalam Dirga Sakti Rambe tentang pentingnya vaksinasi sebelum umroh. Dimana seseorang bisa mendapatkan antibodi tanpa perlu jatuh sakit terlebih dahulu.
"Orang yang sudah divaksinasi itu tanpa sakit dulu sudah punya kekebalan. Jika nanti terpapar virus misalnya RSV udah punya kekebalan karena tubuh mudah melawan jadi tidak sakit, atau sakit tapi tidak berat karena ada antibodi," kata Dirga.
3. Persiapkan Obat
Endy mengingatkan untuk mempersiapkan obat tertentu selama perjalanan umroh agar cukup dari berangkat sampai kembali ke Tanah Air. Misalnya untuk pasien hipertensi atau diabetes perlu membawa obat yang cukup agar kesehatannya terkontrol.
Pencegahan agar Tak Sakit Selama di Tanah Suci
Saat berada Tanah Suci, Dirga mengingatkan agar jemaah menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Seperti mencuci tangan secara teratur, menutup mulut saat batuk dan bersin, menggunakan masker, dan menjaga jarak dari orang yang sakit.