Liputan6.com, Jakarta - Direktur Standarisasi Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dra. Dwiana Andayani, Apt., menyampaikan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki tujuan mulia.
“Tujuannya sangat mulia, cita-citanya kita bisa mewujudkan generasi emas 2045 melalui pembangunan sumber daya terutama di kelompok anak-anak, mulai dari ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan anak usia sekolah,” kata Dwiana dalam Temu Ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) 2025 di Jakarta, Jumat (11/7/2025).
Guna mencapai cita-cita tersebut, maka nutrisi yang perlu diberikan tak hanya harus memenuhi nilai gizi, tapi juga dipastikan keamanannya.
“Tentu kalau gizinya tercukupi tapi pangan tersebut tidak aman, tentu tidak akan sampai pada tujuan tersebut. Karena, begitu terjadi insiden keracunan pangan, maka dampaknya bukan hanya kesehatan tapi kepercayaan masyarakat terhadap program ini juga setidaknya akan terpengaruh.
Maka dari itu, ia berharap aspek keamanan menjadi perhatian serius dalam pelaksanaan program MBG.
Dia pun menyampaikan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa 1 dari 10 orang pernah mengalami sakit akibat makanan. Sementara, 420.000 orang di dunia meninggal akibat makanan setiap tahunnya.
Dari angka tersebut, 40 persennya adalah balita. Artinya, 125.000 balita di dunia meninggal akibat penyakit yang ditimbulkan pangan tak aman (foodborne disease) setiap tahunnya.
Lagi-lagi kasus dugaan keracunan usai menyantap hidangan makan bergizi gratis kembali berulang, sedikitnya 171 orang siswa dan guru dari enam sekolah di Kota Bogor mengalami gejala keracunan.