Liputan6.com, Jakarta - Cara memilih sepatu lari yang tepat sangat penting untuk mencegah cedera, terutama bagi pelari pemula.
Menurut kreator konten sekaligus sneakerhead, Adityalogy, cara pertama dalam memilih sepatu lari adalah memahami gaya serta level kemampuan berlari masing-masing. Hal ini akan membantu menentukan sepatu yang sesuai dengan kebutuhan.
"Kita harus tahu dulu, kita termasuk pelari pemula, intermediate, atau advanced. Karena setiap level punya kebutuhan sepatu yang berbeda," ujar Adityalogy saat berbincang dengan Health Liputan6.com dalam peluncuran New Balance FuelCell Rebel v5, belum lama ini.
Adityalogy yang sudah menekuni hobi lari selama lima tahun menjelaskan bahwa pelari pemula umumnya memiliki pola pendaratan kaki dengan tumit terlebih dahulu (heel strike). Untuk itu, sepatu dengan bantalan tebal dan empuk sangat disarankan.
"Yang penting nyaman dulu aja. Nggak perlu cari yang enteng, yang penting pas dipakai lari lambat dia masih empuk dan nyaman," katanya.
Faktor Utama dalam Memilih Sepatu Lari
Kenyamanan dan bantalan yang tepat menjadi faktor utama dalam memilih sepatu running. Jika bantalan tidak sesuai, risiko nyeri lutut hingga cedera di bagian bokong bisa meningkat.
Karena itu, kata Adityalogy, memilih sepatu lari sebaiknya tidak hanya mengandalkan tampilan atau desain semata.
Dia sendiri pernah mengalami kesalahan saat memilih sepatu hanya karena tergiur desainnya.
"Gua pernah milih sepatu yang sebenarnya buat pelari pro, yang support-nya udah di depan. Sementara gua masih pakai heel. Akibatnya, lutut dan bagian belakang kaki gua jadi nyeri," ujarnya.
Sepatu Lari untuk Interval Pendek hingga Long Run
Menjawab kebutuhan pelari akan sepatu yang nyaman tapi tetap mendukung performa, New Balance menghadirkan FuelCell Rebel v5.
Sepatu running yang dirancang untuk pelari yang butuh sepatu ringan, responsif, dan nyaman di berbagai sesi latihan.
Dengan bobot hanya 207 gram (EU 41,5) dan midsole PEBA-blended FuelCell yang diinjeksi nitrogen, sepatu ini memberikan pantulan energi maksimal di setiap langkah.
FuelCell Rebel v5 cocok untuk berbagai jenis latihan, dari tempo run, interval pendek, hingga long run:
- Tempo run terasa stabil berkat midsole responsif yang menjaga ritme tanpa mengorbankan kenyamanan.
- Interval seperti 400–1.000 meter jadi lebih efisien dengan bobot ringan, base lebar, dan drop 6 mm yang mendukung transisi langkah.
- Long run tetap nyaman berkat bantalan tebal yang meredam benturan, serta fitur FANTOMFIT dan gusseted tongue yang menjaga kaki tetap terkunci selama durasi panjang.
Performa sepatu ini juga telah diuji oleh dr. Tirta, dokter dan pelari maraton, saat mempersiapkan debutnya di Jakarta International Marathon (JAKIM) 2025.
Sepatu Lari Bukan Sekadar Gaya
Adityalogy juga menekankan bahwa pemilihan sepatu lari adalah investasi jangka panjang, bukan sekadar soal gaya.
"Jangan sampai kegiatan sehat malah jadi menyakitkan. Kalau cedera, kita nggak bisa lari lagi dalam jangka panjang," katanya.
Meski sudah pernah ikut half marathon, Adityalogy mengaku lebih menikmati lari dalam pace nyaman.
"Gua lebih suka lari senyamannya gua aja. Sekarang biasanya di zona 2 atau 3 bawah. Yang penting bisa terselesaikan dengan nyaman," ujarnya.
Lari bagi Adityalogy bukan hanya olahraga, tapi juga momen kontemplasi. Sebagai content creator dan product designer, dia kerap mendapatkan ide kreatif saat berlari.
"Lari itu momen berpikir. Gua sering banget dapet ide dari situ," katanya.
Sports Brand Marketing General Manager MAP Active, Martina Harianda Mutis, menjelaskan bahwa FuelCell Rebel v5 hadir sebagai respons terhadap komunitas lari yang kian berkembang.
"Motivasi bergabung dalam komunitas lari makin beragam, dari mengejar personal best, meningkatkan performa, hingga terapi kesehatan. New Balance ingin jadi bagian dari perjalanan itu," pungkasnya.