Liputan6.com, Jakarta Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang umum ditemukan di sekitar kita. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), tercatat lebih dari 1 miliar orang menderita kondisi tersebut.
Hipertensi adalah kondisi ketika seseorang memiliki tekanan darah sistolik secara konsisten 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih, atau keduanya.
Kondisi ini kerap menjadi penyebab utama kasus komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, bahkan kematian mendadak. Dengan gejalanya yang tampak samar, hipertensi juga disebut sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam.
Gaya hidup masa kini membawa banyak perubahan: aktivitas fisik yang minim, pola makan yang tinggi garam dan lemak, serta tingkat stres yang tinggi dapat menjadi penyebab utama terjadinya hipertensi.
Memiliki risiko yang tertinggi hingga membawa pada kematian, menjaga tekanan darah agar tetap pada kadar yang normal dan sehat sangat penting untuk dilakukan. Salah satu caranya dengan berjalan kaki secara rutin.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanaka H (2019) menunjukkan bahwa berjalan dapat memperbaiki kekakuan pada arteri, sehingga dapat meningkatkan sistem peredaran darah di dalam tubuh.
Berjalan kaki bukan hanya bermanfaat untuk melancarkan sistem peredaran darah. Aktivitas ini juga terbukti dapat menurunkan kadar kortisol, hormon yang muncul ketika tubuh mengalami stres.
Memang, olahraga dapat meningkatkan produksi kortisol. Namun, dalam penelitian berjudul “Hormonal Assessment of Participants in a Long Distance Walk” oleh Souza dkk. (2019) ditemukan hal yang berbeda.
Para peneliti berhipotesis bahwa berjalan kaki dengan intensitas sedang hingga tinggi dapat membantu tubuh beradaptasi terhadap stres. Dalam jangka tertentu, ini dapat menurunkan kadar kortisol.