INFO NASIONAL – Bank Jakarta kembali menunjukkan komitmen mendukung perekonomian masyarakat dengan berpartisipasi dalam acara “Gerakan Pasar Rakyat, Revitalisasi dan Integrasi PKL dan UMKM Jakarta Menyala, Kota Global Berbudaya” yang berlangsung di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Selasa, 22 Juli 2025.
Acara ini hasil kolaborasi Pemerintah Provinsi Jakarta, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Jaya, dan Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) untuk mendukung pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta pedagang kecil di pasar tradisional sebagai penggerak utama perekonomian.
Gubernur Pramono Anung menegaskan pentingnya mendorong sektor ini di tengah maraknya produk asing. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menerapkan metode transaksi nontunai. “Dengan sistem yang transparan dan serba digital, saya yakin aktivitas jual-beli menjadi lebih tertib,” kata Pramono saat mencanangkan kegiatan tersebut. Dia menyampaikan salah satu manfaat transaksi nontunai adalah preman dan copet bisa hilang dengan sendirinya.
Bank Jakarta telah lama menjadi mitra strategis dalam transformasi digital sektor UMKM dan pedagang pasar. Lewat aplikasi JakOne Mobile dan JakOne Abank, Bank Jakarta memfasilitasi sistem pembayaran nontunai berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di pasar-pasar tradisional, termasuk Pasar Santa sejak 2022. Pedagang kini bisa menerima pembayaran digital, mencatat transaksi harian secara otomatis, bahkan mengakses pembiayaan mikro secara daring melalui fitur e-Form Micro Loan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, meninjau Pasar Santa di Jakarta Selatan, Selasa, 22 Juli 2025. TEMPO/Hendy Mulia
Tak hanya menyediakan pelayanan, Bank Jakarta juga menggandeng Pemerintah Provinsi Jakarta untuk menggelar pelatihan literasi keuangan bagi pelaku UMKM. Program ini membekali mereka dengan keterampilan mengelola usaha dan keuangan digital hingga memperkuat daya saing di tengah era kompetisi global.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat APKLI Perjuangan, Ali Mahsun mengakui peran Bank Jakarta dalam mendukung usaha pelaku UMKM. Menurut dia, APKLI Perjuangan telah bertemu dengan Direktur Utama Bank Jakarta Agus H. Widodo dan bersepakat menjalin kerja sama dalam pemanfaatan layanan digital untuk mendukung PKL dan UMKM di seluruh Jakarta. “Kami sudah bertemu dan berkomitmen untuk bekerja sama dalam memanfaatkan layanan digital yang dimiliki Bank Jakarta, misalnya pemanfaatan layanan produk bank bagi PKL dan UMKM se-Jakarta,” ujarnya usai acara kepada Tempo.
Ali Mahsun menambahkan, kerja sama ini merupakan bagian dari dukungan terhadap target Pemerintah Provinsi Jakarta dalam menjadikan Bank Jakarta sebagai bank berskala nasional. Menurutnya, posisi Bank Jakarta akan menjadi pendorong pendanaan berbagai program strategis berskala lokal, regional, hingga nasional.
Langkah yang perlu dilakukan saat ini, Ali melanjutkan, menyelaraskan data UMKM dan PKL di wilayah Jakarta, baik anggota APKLI maupun nasabah Bank Jakarta berdasarkan pengguna aplikasi JakOne. Kepastian data UMKM dan PKL di Jakarta sangat diperlukan agar seluruh pihak dapat merencanakan dan menjalankan langkah strategis dalam membantu para pelaku usaha rakyat.
Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo menyampaikan, kolaborasi ini sejalan dengan visi Bank Jakarta sebagai lembaga keuangan yang inklusif dan proaktif dalam mendukung pemberdayaan ekonomi rakyat. “Kami menyambut baik kerja sama dengan APKLI Perjuangan. Ini adalah bagian dari komitmen Bank Jakarta untuk menghadirkan layanan keuangan yang terjangkau, relevan, dan memberdayakan, khususnya bagi para pelaku usaha sektor informal,” ujar Agus.
Digitalisasi Dalam Rasa Lokal
Sri, pemilik toko Sinar Djonkas yang berjualan alat listrik dan pertukangan di Pasar Santa adalah salah satu nasabah Bank Jakarta. Kendati tidak terlalu paham praktik pembayaran nontunai seperti QRIS sehingga harus dibantu salah satu anaknya, dia merasa terbantu karena akhirnya bisa punya kios.
“Sekitar tahun 2022, Bank Jakarta masuk ke sini lalu saya mendapat bantuan kredit untuk membeli kios ini,” kata perempuan berusia 70 tahun itu. “Sekarang kreditnya sudah lunas dan tidak perlu lagi menyewa.”
Kehadiran Bank Jakarta, menurut Sri, dapat disebut perintis digitalisasi di Pasar Santa. “Ya, mereka yang pertama kali memperkenalkan kami dengan sistem pembayaran nontunai, jadi sampai sekarang kami tetap jadi nasabah setia,” ucapnya.
Selain Sri, kios Sahabat Dunia Kopi yang memiliki sajian unggulan berbahan dasar ubi Cilembu, turut mendukung langkah Bank Jakarta ihwal digitalisasi. Di samping etalase terpampang panel QRIS berukuran besar. “Semua omzet hasil penjualan disetor ke rekening kami di Bank Jakarta,” kata Egi Fadliansyah, seorang pemilik usaha tersebut.
UMKM " Sahabat Dunia Kopi" di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Selasa, 22 Juli 2025. TEMPO/Hendy Mulia
Sahabat Dunia Kopi merintis usaha sejak 2023 akhir, hasil patungan Egi dengan dua rekannya, Arief Prasetyo dan dokter Ringga Aliffiandika. Awalnya sempat mencoba berbagai usaha hingga akhirnya ‘bertemu jodoh’ dengan ubi Cilembu.
Ubi lokal Sumedang ini disulap menjadi lebih kekinian dengan berbagai topping agar menarik, misalnya butter cheese, cream brulee, butter choco, maupun original. Sajian ini cukup digemari penikmat kopi di Pasar Santa, terlebih lokasinya satu blok dengan agen besar Dunia Kopi yang sudah tersohor di Jakarta.
“Kalau weekdays sekitar 50-100 ubi yang terjual, sedangkan di akhir pekan bisa melonjak hingga 300 buah,” tutur Egi. Dengan rentang harga dari Rp 15 ribu hingga Rp 40 ribu untuk beragam varian, dapat dibayangkan omzet usaha spesialis ubi Cilembu ini tembus Rp 20 juta per pekan.
Selain mencari laba, Egi dan dua temannya mengusung misi memperkenalkan ubi Cilembu sebagai pendukung keberagaman jenis pangan bagi warga Jakarta. “Ubi itu merupakan superfood dan sudah diakui di beberapa negara, seperti Singapura, Malaysia, hingga Hongkong. Sungguh ironis kalau negara kita, masyarakat kita, belum memiliki sikap serupa. Untuk itulah kami ingin mendukung Jakarta dengan ambisinya sebagai kota global dapat memperkaya varian pangan melalui ubi Cilembu,” katanya.
Mengenalkan potensi daerah, menurut Egi, salah satu cara melalui pelibatan pengusaha-pengusaha yang mengangkat produk lokal. “Semoga Pemprov Jakarta dan Bank Jakarta bisa lebih melibatkan kami ke berbagai pameran, sehingga kami juga akan membantu meningkatkan penghasilan petani pemasok ubi di Sumedang. Apalagi sekarang semua hal sudah pakai pembayaran digital, pasti akan semakin mudah,” ujar pengusaha muda ini. (*)