Penanganan tergantung pada penyebab spesifik dan tingkat keparahan kondisi. Umumnya bertujuan untuk mengembalikan aliran darah, mencegah komplikasi, dan memperlambat perkembangan penyakit:
1. Perubahan Gaya Hidup (Lifestyle Modification)
Langkah pertama yang penting dalam menangani gangguan arteri seperti aterosklerosis atau penyakit arteri perifer adalah melakukan perubahan gaya hidup. Hal ini mencakup berhenti merokok, mengadopsi pola makan sehat rendah lemak jenuh dan kolesterol, serta membatasi konsumsi garam dan gula. Olahraga rutin seperti berjalan kaki atau bersepeda sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi gejala seperti kaki nyeri atau cepat lelah. Selain itu, menjaga berat badan ideal dan mengelola stres juga berperan besar dalam mencegah progresivitas penyakit.
Menurut American Heart Association (2022), perubahan gaya hidup tidak hanya memperlambat laju penyempitan arteri, tetapi juga dapat memperbaiki fungsi pembuluh darah dan menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Studi menunjukkan bahwa pasien yang konsisten menerapkan gaya hidup sehat mengalami perbaikan signifikan pada gejala PAD dan penurunan kebutuhan akan tindakan medis invasif seperti operasi bypass atau angioplasti.
2. Pengobatan Farmakologis (Obat-obatan)
Obat-obatan menjadi terapi utama untuk mengontrol gejala dan mencegah komplikasi pada kondisi arteri yang melemah atau menyempit. Jenis obat yang umum diberikan meliputi statin untuk menurunkan kolesterol, antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah, serta antiplatelet seperti aspirin atau clopidogrel untuk mencegah penggumpalan darah yang bisa memicu serangan jantung atau stroke. Beberapa pasien dengan diabetes juga diberikan obat untuk menjaga kadar gula tetap stabil, karena hiperglikemia mempercepat kerusakan dinding arteri.
Mayo Clinic (2023) menekankan bahwa statin berperan penting dalam menstabilkan plak aterosklerotik yang sudah terbentuk di arteri serta menurunkan risiko komplikasi kardiovaskular. Obat-obatan ini tidak menghilangkan plak, tetapi memperlambat proses penumpukannya dan meningkatkan elastisitas pembuluh darah secara bertahap. Terapi farmakologis harus dikombinasikan dengan pengawasan dokter dan gaya hidup sehat untuk mencapai hasil maksimal.
3. Terapi Endovaskular (Minimally Invasive Procedures)
Terapi endovaskular seperti angioplasti dan pemasangan stent biasanya dilakukan pada pasien dengan penyempitan arteri yang signifikan, terutama jika gejalanya mengganggu aktivitas harian. Dalam prosedur ini, balon kecil dimasukkan melalui kateter dan dikembangkan di dalam arteri untuk membuka sumbatan, lalu dipasang stent agar arteri tetap terbuka. Prosedur ini tergolong minim invasif dan sering dilakukan tanpa perlu operasi besar, serta memiliki waktu pemulihan yang relatif singkat.
Cleveland Clinic (2023) menjelaskan bahwa angioplasti sangat efektif dalam mengatasi gangguan sirkulasi akibat PAD atau aterosklerosis. Keuntungan dari prosedur ini adalah mengurangi gejala nyeri saat berjalan, mempercepat penyembuhan luka di kaki, serta menurunkan risiko amputasi pada pasien yang mengalami komplikasi serius. Meskipun begitu, terapi ini tetap memerlukan perubahan gaya hidup dan obat-obatan untuk mencegah penyempitan ulang.
4. Operasi Bypass Arteri
Jika penyempitan atau kerusakan arteri sudah terlalu parah dan tidak membaik dengan obat atau angioplasti, maka operasi bypass arteri bisa menjadi pilihan. Dalam prosedur ini, dokter akan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain, seperti kaki atau lengan, lalu mencangkokkannya untuk melewati bagian arteri yang tersumbat. Tujuannya adalah membuat jalur baru bagi darah agar dapat mengalir ke jaringan yang kekurangan suplai oksigen.
Journal of Vascular Surgery (2007) menyebutkan bahwa bypass arteri banyak digunakan untuk kasus penyakit arteri perifer lanjut, terutama jika pasien mengalami luka yang sulit sembuh atau nyeri yang menetap meski dalam kondisi istirahat. Operasi ini tergolong lebih invasif, namun bisa sangat efektif dalam mengembalikan aliran darah normal dan mencegah amputasi. Hasil jangka panjang akan lebih baik jika pasien juga menerapkan kontrol ketat terhadap kolesterol, gula darah, dan tekanan darah.
5. Penanganan Aneurisma
Jika “arteri kendur” yang dimaksud merujuk pada aneurisma, maka strategi pengobatannya berbeda dan bergantung pada ukuran serta lokasi aneurisma. Untuk aneurisma kecil yang tidak menimbulkan gejala, pemantauan rutin melalui USG atau CT-scan dilakukan secara berkala. Namun, bila aneurisma membesar, terasa nyeri, atau menunjukkan tanda-tanda akan pecah, maka tindakan medis segera diperlukan.
Johns Hopkins Medicine (2023) menjelaskan bahwa endovascular aneurysm repair (EVAR) adalah prosedur umum yang digunakan untuk menguatkan area pembuluh darah yang melemah menggunakan graft sintetis. Jika EVAR tidak memungkinkan, dokter mungkin melakukan operasi terbuka untuk mengganti bagian arteri yang rusak. Penanganan tepat waktu penting karena pecahnya aneurisma, terutama pada aorta atau arteri besar lainnya, dapat menyebabkan perdarahan hebat yang berakibat fatal.