PEMERINTAH akan mengoperasikan sekolah rakyat mulai tahun ajaran baru 2025/2026. Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat Mohammad Nuh mengatakan sekolah rakyat akan menggunakan pemetaan potensi siswa berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Tujuannya, kata dia, agar pembelajaran lebih tepat sasaran dan sesuai karakteristik setiap anak.
“Dampaknya luar biasa, dan tiap anak Sekolah Rakyat akan dipetakan talentanya,” ujarnya dalam rapat di Kantor Kementerian Sosial, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa, 1 Juli 2025, seperti dikutip dari Antara.
Nuh mengatakan pemetaan talenta ini membantu menemukan keunggulan spesifik setiap anak secara lebih cepat dan efisien. Dia mencontohkan, selama ini, 30 siswa di kelas mendapat materi sama meski setiap anak memiliki karakter dan keunggulan berbeda. “Seperti di dunia kedokteran, tak cukup semua pasien sakit kepala diberi obat generik,” ujarnya.
Mantan Menteri Pendidikan Nasional ini menuturkan pemetaan tersebut dikembangkan bersama pendiri ESQ Corp, Ary Ginanjar, dan akan digunakan secara gratis di sekolah rakyat. “Ini sistem pertama kali yang Pak Ary ulurkan, di mana-mana belum ada,” kata Nuh.
Sekolah rakyat adalah salah satu program gagasan Presiden Prabowo Subianto dengan penanggung jawab Kementerian Sosial (Kemensos). Tujuan utamanya menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu guna memutus mata rantai kemiskinan. Sekolah ini dirancang menyerupai sekolah asrama atau boarding school.
Kemensos menyatakan pemerintah menargetkan 100 sekolah rakyat pada tahun ini. Namun Prabowo menginstruksikan penambahan 100 lokasi baru, sehingga total menjadi 200 sekolah rakyat.
Dalam kesempatan itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan pembelajaran tahap pertama sekolah rakyat akan dimulai di 100 titik pada 14 Juli 2025. Siswa hanya perlu lolos verifikasi administrasi dan pemeriksaan kesehatan tanpa tes akademik.
Kemensos juga menyiapkan aplikasi Manajemen Talenta untuk memetakan potensi, gaya belajar, pilihan karier, dan kebutuhan pendukung emosional siswa. “Kita ingin agar proses belajarnya benar-benar sesuai kebutuhan anak,” kata Gus Ipul.
Adapun Ary Ginanjar menyebutkan, selama ini, di Indonesia hanya mengukur Intelligence Quotient (IQ) individu berapa dan sekolahnya bagaimana. Namun, dengan pemetaan potensi berbasis AI, dapat meningkatkan potensi anak hingga 744 persen sebagaimana penelitian dari Nebraska University, Amerika Serikat.
Untuk itu, dia mengapresiasi gagasan soal tak ada tes akademik untuk calon siswa yang akan masuk ke sekolah rakyat, karena ini sebagai kejutan untuk Indonesia dan dunia.
“Lewat pemetaan potensi berbasis AI ini, dapat diketahui siapa yang jenius dan di bidang apa. Sehingga, nanti anak-anak dari sekolah ini akan teridentifikasi dari awal, termasuk gurunya teridentifikasi,” tuturnya.
Menteri PU Pastikan Renovasi Sekolah Rakyat Tahap I Selesai Bulan Ini
Adapun Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo memastikan penyelesaian renovasi dan pembangunan sekolah rakyat tahap I akan rampung pada Juli 2025.
“Kami terus memastikan progres renovasi berjalan sesuai jadwal. Secara nasional, renovasi sekolah rakyat tahap I telah mencapai 83 persen. Khusus sekolah rakyat di Sentra Handayani, Jakarta Timur, progres fisiknya sudah mencapai 92 persen. Lokasi lainnya rata-rata mencapai 88 hingga 90 persen," ujar Dody di Jakarta pada Senin, 30 Juni 2025.
Proyek strategis ini merupakan tindak lanjut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2025 yang bertujuan menyediakan pendidikan bermutu bagi anak-anak Indonesia, terutama dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Kementerian PU melalui Direktorat Jenderal Prasarana Strategis telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 1 triliun untuk renovasi 200 titik sekolah rakyat tahap I yang tersebar di seluruh Indonesia. Kementerian PU juga sedang mempersiapkan pembangunan sekolah rakyat tahap II.
“Untuk sekolah rakyat tahap II, kami sedang memverifikasi kelayakan lokasi satu per satu, yang nantinya akan menyerap ribuan tenaga kerja,” kata Dody.
Dia juga mengungkapkan tantangan terbesar dalam proyek ini adalah pengadaan meubelair yang bersifat customize, sehingga membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan proses fisik. “Untuk mempercepat tahap II, pengadaan meubelair bahkan kami mulai lebih awal sebelum pembangunan fisik dilaksanakan,” ujarnya.
Dinda Shabrina dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Akibat yang Dapat Timbul dari Putusan MK soal Pemisahan Pemilu