TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti menegaskan bahwa Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 13 Tahun 2025 bukanlah aturan tentang kurikulum baru. Dia mengatakan banyak publik yang salah memahami aturan tersebut.
“Ini perlu saya tegaskan supaya tidak terjadi kesalahpahaman di kalangan kita. Karena selama ini, karena membaca judulnya saja, itu seakan-akan permen ini merupakan aturan mengenai kurikulum baru,” kata Mu’ti dalam acara Sosialisasi Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 secara daring, Selasa, 22 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mu’ti menjelaskan bahwa Permendikdasmen 13/2025 merupakan bagian dari satu rangkaian kebijakan yang sebelumnya telah diterbitkan, yakni tiga regulasi lainnya: standar kompetensi lulusan, standar isi atau muatan pembelajaran, serta pedoman pembelajaran kecerdasan buatan dan pemrograman (coding).
Dia mengatakan Permendikdasmen 13/2025 memperkenalkan pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning, bukan kurikulum baru yang menggantikan Kurikulum 2013 atau Kurikulum Merdeka.
“Pembelajaran mendalam itu bukan banyak-banyakan materi. Karakternya adalah sempit tapi dalam. Less but more. Atau istilahnya, when less is more,” kata Mu’ti.
Ia menambahkan, pendekatan ini memungkinkan keterkaitan antar-materi dan antar-mata pelajaran melalui metode yang integratif dan kontekstual. Tak hanya fokus pada materi eksplisit (return curriculum), pembelajaran juga menekankan pengalaman tersembunyi (hidden curriculum) seperti kegiatan sosial, kepemimpinan, dan interaksi di sekolah.
Mu’ti juga menekankan tiga prinsip utama dalam pembelajaran mendalam, yakni mindfulness, meaningful, dan joyful. Pembelajaran harus memperhatikan keberadaan semua murid secara utuh, memberi ruang partisipasi yang setara, dan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan.
“Joyful bukan berarti lucu-lucuan, tapi semangat belajar yang tumbuh dari dalam. Bahkan bukan sekadar motivasi, tapi grit – semangat pantang menyerah dalam belajar,” ucapnya.
Ia menutup paparannya dengan menyerukan pentingnya perubahan pola pikir dalam dunia pendidikan untuk mengimplementasikan pendekatan ini secara bertahap. Mu’ti mengatakan hasil dari kebijakan tersebut butuh proses panjang dan longitudinal. “Tidak bisa dilihat hasilnya dalam waktu singkat. Tapi ini bagian dari solusi akademik kita,” kata Mu’ti.
Permendikdasmen 13/2025, kata dia, diharapkan menjadi salah satu fondasi penting dalam memperbaiki kualitas pembelajaran dan membentuk generasi Indonesia yang memiliki kompetensi mendalam, berpikir kritis, dan mampu menghadapi tantangan zaman.