Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan soal cara aman dalam mengonsumsi antibiotik.
“Antibiotik penting, tapi penggunaannya harus tepat agar efektif dan hindari resistensi,” mengutip unggahan Instagram @bpom.jakarta, Senin (7/7/2025).
BPOM pun menjelaskan enam cara umum konsumsi antibiotik sebagai berikut:
Harus Sesuai Resep
Selalu minum antibiotik sesuai resep dokter. Jangan kurangi atau tambah dosisnya tanpa arahan dokter.
Habiskan Obat
Walau sudah merasa baikan, tetap habiskan antibiotik sesuai anjuran karena bakteri bisa jadi belum sepenuhnya hilang.
Jangan Pinjam Antibiotik Orang Lain
BPOM tak menyarankan untuk meminjam antibiotik orang lain karena belum tentu cocok. Hindari pula memberikan atau meminjamkan antibiotik pribadi kepada orang lain.
Waspada Efek Samping Antibiotik
Perhatikan efek samping antibiotik seperti mual dan diare. Konsultasikan ke dokter jika mengganggu.
Antibiotik Bukan untuk Virus
Antibiotik hanya ampuh melawan bakteri, bukan virus. Maka dari itu, hindari konsumsi antibiotik untuk obati flu dan pilek.
Gunakan Antibiotik secara Bijak
Gunakan antibiotik secara bijak sesuai resep. Habiskan obat yang diberikan dokter dan ingat bahwa antibiotik hanya untuk infeksi bakteri.
Penggunaan yang tidak tepat malah bisa membuat kuman jadi kebal antibiotik.
Kesalahan Orangtua Saat Beri Antibiotik pada Anak
Edukasi soal pemberian antibiotik yang tepat menjadi penting lantaran masih banyak orangtua yang salah dalam memberikan antibiotik pada anak.
Menurut dokter spesialis anak konsultan, Profesor Edi Hartoyo, beberapa kesalahan orangtua dalam memberi antibiotik pada anak di antaranya:
Meminta Antibiotik tanpa Diagnosis Jelas
Edi bercerita, orangtua kerap datang ke praktik dokter dan tiba-tiba minta diresepkan antibiotik tanpa tahu apakah anaknya memang butuh antibiotik atau tidak.
“Baru masuk ruang praktik dokter lalu sudah minta diresepkan antibiotik. Itu banyak," kata Edi Hartoyo menjawab pertanyaan Health Liputan6.com.
"Artinya, sebelum dokter memutuskan anak tersebut butuh antibiotik atau enggak itu sudah meminta duluan," tambahnya.
Lebih lanjut, Edi menjelaskan bahwa antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri. Jadi, dokter tidak akan meresepkan antibiotik bila penyebab sakit karena virus atau parasit.
Terpengaruh Informasi yang Salah
Kesalahan berikutnya seputar penggunaan antibiotik, banyak orangtua yang mengambil kesimpulan sendiri berdasarkan informasi dari media atau pengalaman pribadi dan orang lain. Misalnya, menduga infeksi seperti pneumonia hanya bisa sembuh dengan obat tertentu.
Tidak Mengikuti Jadwal dan Dosis dari Dokter
Pria yang menjabat sebagai Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI itu juga menyampaikan bahwa ada juga orangtua yang tidak mengikuti jadwal dan dosis antibiotik sesuai dengan yang diresepkan dokter.
"Ada antibiotik yang diresepkan 3 kali sehari tapi hanya diberikan 1-2 kali karena anak menolak. Ya hal itu kan mengurangi (manfaat obat)," lanjut Edi.
Dokter Tak Sembarangan Beri Resep Antibiotik
Edi menambahkan, ketika dokter meresepkan obat antibiotik kepada seorang pasien, maka pasti ada pertimbangan medis yang kuat.
Orangtua bisa berdiskusi dengan dokter mengenai penyakit anak dan alasan pemberian antibiotik.
"Orangtua juga perlu dijelaskan tentang antibiotik jenis apa yang didapat, berapa banyak, bagaimana cara pemberian karena ada ya antibiotik yang dikonsumsi dalam perut kosong tapi ada juga yang harus sesudah makan atau tidak dalam perut kosong," katanya.