Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan bahwa chikungunya bisa menyebabkan epidemi global.
"Sama seperti 20 tahun lalu, virus ini sekarang menyebar lebih jauh ke negara-negara lain seperti Madagaskar, Somalia, dan Kenya, dan juga terjadi penularan epidemi di Asia Tenggara - di India, Sri Lanka, Bangladesh, dan lainnya," kata Dr. Diana Rojas Alvarez, pemimpin WHO untuk arbovirus dalam briefing media di Jenewa pada Selasa, 22 Juli 2025 mengutip Health Policy Watch.
Oleh karena itu, WHO mendesak semua pihak untuk segera bertindak mencegah penyebarannya.
Terkait itu, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof. Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan lima fakta soal penyakit tersebut, yakni:
Nama Chikungunya Diambil dari Bahasa Tanzania
Pertama, penyakit chikungunya disebabkan oleh virus RNA (ribonucleic acid) CHIKV dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Tanzania pada 1952, dan nama penyakit ini juga dari bahasa Tanzania Selatan yang artinya rasa sakit hebat, yang memang merupakan salah satu gejala utama penyakit ini.
Dilaporkan di 119 Negara
Kedua, kini chikungunya memang sudah dilaporkan di sekitar 119 negara, termasuk Indonesia.
“Tetapi yang penting kita ketahui bahwa ledakan kasus chikungunya di perkotaan (urban outbreaks) pertama-tama terjadi di negara tetangga kita Thailand pada 1967,” ujar Tjandra dalam keterangan tertulis.
Menyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia adalah salah satu upaya untuk menurunkan angka demam berdarah dengue atau DBD. Kabar baiknya, tidak hanya terbukti menurunkan angka kasus DBD, nyamuk Wolbachia juga dapat menurunkan penyakit lain yang berkaitan ...