Liputan6.com, Jakarta Lingkungan hidup dan alam sekitar memiliki cara tersendiri dalam memengaruhi kesehatan manusia.
Lingkungan yang tak dijaga dengan baik dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan. Sayangnya, berbagai tindak perusakan lingkungan terus dilakukan dan dapat memicu dampak seperti:
Deforestasi Dorong Sebaran Virus Zoonotik
Ketika hutan tropis terus digunduli tanpa kendali, manusia bukan hanya kehilangan pohon tapi juga sedang membuka jalan bagi virus mematikan.
“Hewan liar seperti kelelawar dan primata adalah ‘penjaga’ virus alami. Ketika habitat mereka rusak, mereka mencari makan lebih dekat ke pemukiman manusia,” kata ahli kesehatan lingkungan, Dr. Dicky Budiman, PhD., saat menghadiri Konferensi Global One Health di Shenzhen, China, 27-30 Juni 2025.
Studi Nature (2020) membuktikan bahwa perubahan lahan mempercepat interaksi manusia dengan reservoir virus. Wabah Nipah di Bangladesh, Ebola di Afrika dan Hantavirus di beberapa tempat di Indonesia adalah contoh nyata akibat hilangnya habitat. Indonesia yang kaya biodiversitas, sekaligus rawan deforestasi, perlu waspada.
“Melindungi hutan bukan hanya soal lingkungan—ini soal nyawa manusia,” ucapnya.
Badai kuat Beryl di Karibia, hujan deras di Tiongkok, India, hingga Serbia, membuat ahli cuaca mengingatkan kembali dampak perubahan iklim. Sementara di AS, Presiden Joe Biden mengumumkan langkah baru untuk meningkatkan resiliensi iklim Amerika. Sele...
Pemanasan Global Bangkitkan Malaria dan Kolera
Epidemiolog di Griffith University, Australia itu juga menjelaskan bahwa krisis iklim membawa lebih dari sekadar suhu panas.
“Ia (krisis iklim) mengubah peta penyakit dunia. Nyamuk pembawa malaria kini naik ke dataran tinggi, menjangkau wilayah yang dulu bebas malaria. Sementara kolera muncul kembali akibat banjir dan sanitasi rusak,” ujarnya.
Laporan Lancet Countdown (2023) menegaskan bahwa penyakit tropis kembali mengancam wilayah yang sebelumnya aman. Indonesia harus bersiap karena perubahan iklim adalah perubahan wajah penyakit. Adaptasi dan mitigasi jadi kunci pertahanan.
Konsumsi Hewan Liar Picu Virus Mematikan
Virus mematikan seperti SARS, MERS, dan COVID-19 semua punya kesamaan. Yakni, mereka berasal dari interaksi manusia dengan hewan liar.
“Konsumsi satwa liar bukan budaya yang patut dipertahankan, tapi risiko yang harus dihentikan,” ujar Dicky.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan pentingnya membatasi perdagangan hewan liar. Indonesia, sebagai hotspot biodiversitas, harus jadi garda depan dalam menghentikan praktik ini. Karena satu pasar bisa menjadi awal pandemi berikutnya.
Mikroplastik di Darah dan Plasenta adalah Racun Tak Kasat Mata
Mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia. Studi menemukan partikel mikroplastik dalam darah dan bahkan plasenta manusia. Ini bukan sekadar polusi lingkungan—ini potensi racun bagi sistem imun, hormon, dan reproduksi.
“Kita belum tahu dampak jangka panjangnya, tapi sinyal bahayanya jelas. Perlu kebijakan tegas terhadap plastik sekali pakai dan kontrol pada sumber pencemaran. Tubuh manusia bukan tempat sampah,” pungkasnya.