Liputan6.com, Jakarta Waspada terhadap kesehatan tubuh adalah hal yang sangat penting. Salah satu kondisi yang perlu diperhatikan adalah ketika tubuh menunjukkan tanda gula darah tinggi. Mengenali gejala-gejala ini sejak dini dapat membantu mencegah komplikasi serius dan memungkinkan penanganan yang lebih cepat.
Gula darah tinggi, atau hiperglikemia, bisa menjadi indikator berbagai kondisi kesehatan, mulai dari gaya hidup yang tidak sehat hingga penyakit kronis seperti diabetes. Pemahaman yang tepat mengenai tanda gula darah tinggi akan membimbing kita untuk mengambil langkah preventif atau kuratif yang sesuai. Melansir dari Diabetes Care (2022) oleh American Diabetes Association (ADA), gejala-gejala tertentu adalah tanda klasik hiperglikemia yang memerlukan perhatian medis.
Jangan abaikan sinyal dari tubuh Anda. Dengan informasi yang akurat, kita bisa lebih proaktif dalam menjaga kesehatan. Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang tanda gula darah tinggi melansir dari berbagai sumber, Jumat (25/7/2025).
Tanda Gula Darah Tinggi
Mengenali tanda gula darah tinggi adalah langkah awal yang krusial dalam menjaga kesehatan dan mencegah komplikasi serius. Hiperglikemia dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh, sehingga penting untuk memahami setiap gejala yang muncul.
1. Polidipsia (Haus yang Berlebihan)
Polidipsia—rasa haus berlebihan yang tidak hilang meski minum banyak—merupakan tanda klasik hiperglikemia. Ginjal bekerja lebih keras untuk membuang glukosa lewat urine yang menyebabkan dehidrasi, dan respons tubuh adalah meningkatkan rasa haus sebagai upaya kompensasi.
2. Poliuria (Sering Buang Air Kecil)
Berdasarkan ulasan dalam Diabetes Care , ketika kadar gula darah sangat tinggi, ginjal gagal mereabsorpsi glukosa sehingga glukosa besar mengikat air dan memicu diuresis osmotik. Akibatnya volume urine meningkat drastis dan frekuensi buang air kecil menjadi tinggi—sering terjadi pada malam hari dan mengganggu tidur.
3. Polifagia (Rasa Lapar Berlebihan)
Menurut Verywell Health oleh Cervoni, RD (2025), tubuh memicu rasa lapar yang intens (polifagia) karena sel-sel tubuh mengalami 'kelaparan' meski glukosa beredar banyak. Karena insulin tidak efektif, sel tidak mendapat energi, sehingga tubuh terus memicu makan meski sebenarnya kebutuhan energi belum terpenuhi.
4. Kelelahan Ekstrem
Melansir Verywell Health (2025), hiperglikemia menyebabkan energi tidak dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh. Meskipun glukosa berlebih dalam darah, tubuh tetap merasa lelah kronis. Penurunan energi ini diperparah oleh dehidrasi akibat sering buang air kecil.
5. Pandangan Kabur atau Penglihatan Terganggu
Fluktuasi kadar glukosa membuat lensa mata mengembang atau merusak pembuluh darah retina, menyebabkan penglihatan kabur sementara. Jika kadar gula dikendalikan, gangguan ini sering membaik. Namun bila berlangsung lama, risiko retinopati diabetik meningkat tajam.
6. Sakit Kepala dan Pusing
Hiperglikemia sering menyebabkan sakit kepala atau pusing akibat dehidrasi yang mengganggu keseimbangan cairan tubuh dan tekanan darah. Gejala ini biasanya muncul bersamaan dengan letih dan haus yang intens.
7. Mulut Kering dan Sensasi Tenggorokan Gatal
Hiperglikemia menyebabkan xerostomia (mulut kering) karena produksi saliva menurun akibat dehidrasi. Ini sering disertai sensasi tenggorokan kering atau gatal.
8. Kulit Kering, Gatal, atau Infeksi Jamur Berulang
Kadar gula tinggi melemahkan sistem kekebalan dan memperburuk hidrasi kulit. Akibatnya, penderita sering mengalami kulit kering, mudah gatal, dan infeksi jamur di lipatan kulit atau area lembap.
9. Luka yang Lambat Sembuh
Hiperglikemia menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah yang memperlambat proses penyembuhan luka. Luka ringan pun bisa sulit sembuh, meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi seperti gangren atau amputasi pada kaki.
10. Kesemutan, Nyeri, atau Mati Rasa (Neuropati Diabetik)
Hiperglikemia kronis dapat merusak saraf perifer, khususnya di kaki. Kondisi ini muncul sebagai sensasi kesemutan, kebas, atau nyeri. Neuropati diabetik adalah komplikasi umum jika gula darah tidak terkontrol dalam jangka panjang.
11. Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab Jelas
Tubuh yang tidak bisa menyerap glukosa sebagai energi akan membakar lemak dan otot untuk mempertahankan fungsi. Meski makan banyak, penderita mengalami penurunan berat badan dramatis dan tidak terduga.
12. Infeksi Berulang (Saluran Kencing, Kulit, Gusi, dll.)
Dikutip dari Diabetes Care (2022) oleh American Diabetes Association (ADA), tingginya kadar gula darah mengganggu daya tahan tubuh dan menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri dan jamur untuk berkembang. Infeksi saluran kemih, infeksi kulit, dan penyakit gusi sering muncul sebagai indikasi hiperglikemia yang tidak terkontrol.
Gula Darah Naik: Belum Tentu Diabetes?
Kenaikan kadar gula darah memang bisa menjadi perhatian serius, namun penting untuk diingat bahwa gula darah naik tidak selalu berarti seseorang sudah pasti didiagnosis diabetes. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan peningkatan gula darah sementara.
Stress Hyperglycemia: Kadar Gula Sementara Akibat Stres Fisiologis
Menurut review sistematis di Cardiovascular Diabetology oleh Song et al. (2025), stress hyperglycemia adalah kenaikan sementara gula darah (>140–150 mg/dL) pada pasien tanpa riwayat diabetes akibat stres berat seperti infeksi, trauma, atau serangan jantung. Kondisi ini bisa berlangsung singkat dan kembali normal setelah stres mereda. Hanya sekitar 1 dari 3 pasien yang kemudian benar-benar terdiagnosis diabetes dalam jangka panjang.
Transient Hyperglycemia dan Prediksi Risikonya
Studi observasional di Diabetes Care oleh Wang et al. (2022) menemukan bahwa pasien yang mengalami hiperglikemia sementara saat sakit akut memiliki risiko lebih tinggi (HR 1.4–1.7) untuk berkembang menjadi diabetes di masa mendatang dibanding yang normoglikemik. Namun tidak semua pasien dengan kadar gula tinggi mengalami diabetes; beberapa hanya transient dan kembali ke normal setelah kondisi akut teratasi.
Perbedaan dengan Diabetes Tiap Individu Jadi Penentu
Sebuah esai di QJM: An International Journal of Me...