TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah meluncurkan Gerakan 1.000 Anak Putus Sekolah. Ini adalah sebuah inisiatif untuk mengembalikan siswa SMK yang putus sekolah ke jalur pendidikan melalui program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW).
Dirjen Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus Tatang Muttaqin menuturkan, gerakan ini ditujukan bagi anak-anak usia 15-25 tahun, khususnya lulusan atau siswa SMK yang putus sekolah di kelas 11 atau12. Mereka akan diberikan pelatihan berbasis keterampilan dan kewirausahaan agar memiliki kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja atau membuka usaha mandiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dengan mereka mendapat pendidikan keterampilan ini, diharapkan dapat sertifikasi kompetensi sehingga mudah untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik dan sebagian juga memilih kewirausahaan,” ujar Tatang dalam peluncuran Gerakan 1.000 Anak Putus Sekolah SMK pada Senin, 30 Juni 2025 di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta Pusat.
Program PKK dan PKW telah berjalan setiap tahunnya sejak 2020 dan sejauh ini telah melibatkan lebih dari 200 ribu peserta. Namun, tahun ini program tersebut diarahkan lebih spesifik untuk menjangkau 1.000 anak putus sekolah di konsentrasi wilayah dengan angka putus sekolah (APS) tertinggi, terutama di jenjang SMK. Menurut Data Pokok Pendidikan, jumlah anak SMK yang putus sekolah skala nasional mencapai lebih dari 9.000 siswa.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, mengapresiasi program ini sebagai bentuk komitmen nyata pemerintah dalam mencetak generasi unggul.
Ia juga menjanjikan dukungan anggaran lebih besar di tahun-tahun mendatang. “Kami di Komisi X berkomitmen untuk terus mendukung. Kalau anggarannya hari ini masih minim, maka tahun-tahun berikutnya tentu anggarannya kami akan tambah,” katanya.
Menurut Direktur Kursus dan Pelatihan, Saryadi, peserta program akan diarahkan ke Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) terdekat agar pelatihan mudah diakses. Bidang keterampilan yang ditawarkan beragam, mulai dari tata boga yang peminatnya paling banyak, tata rias, membatik, hingga tenun, disesuaikan dengan minat dan potensi lokal. “Saat ini sudah ada 825 peserta yang mendaftar dan kami optimis tahun ini bisa melebihi target 1.000 anak,” kata dia.
Saryadi memaparkan target 1.000 anak putus sekolah yang disasar tersebar di seluruh Indonesia, namun pada tahap awal, pemerintah akan fokus di titik konsentrasi anak putus sekolah jenjang SMK paling tinggi, yakni di pulau Jawa.