
LOMBA Kereta Peti Sabun (LKPS) ke- XII kembali digelar di Kota Bandung. Agenda tahunan yang diinisiasi oleh Daya Masyarakat Sunda (Damas) menguji kembali nyali, kreativitas dan kekompakan para peserta.
Ketua Panitia LKPS XII, Dindon Saefudin Alma, mengatakan tahun ini LKPS XII hadir dengan sentuhan baru, yakni kategori khusus untuk pelajar SMK dan sederajat. "Kategori ini dibuat agar persaingan lebih fair dan terbuka. Tahun ini akan lebih kreatif dan menarik,” ujar Dindon, Sabtu (9/8).
"Tidak hanya adu kecepatan, LKPS juga membuka lomba desain digital untuk umum. Kami ingin mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berkreasi. Kereta peti sabun bukan sekadar kendaraan, tapi simbol kreativitas dan kebersamaan," imbuhnya.
Di Kota Bandung, kereta peti sabun bukan hal baru. Tradisi balap kendaraan tanpa mesin ini sudah muncul sejak era 1970-an, ketika anak-anak di berbagai sudut kota merakit “mobil” dari kayu, bantalan bola dan roda bekas. Saat itu, lomba berlangsung spontan di jalan-jalan menurun, dengan penonton yang berjejer di pinggir jalan.
Ketua Koordinator race LKPS XII Adrie Garsala menambahkan, sejak tiga tahun terakhir, LKPS resmi masuk dalam kalendar event Kota Bandung, menjadikannya bagian dari atraksi budaya dan rekreasi warga. "Dukungan pemerintah kota dan sponsor membuat lomba ini lebih tertata, dengan lintasan aman namun tetap menantang," ungkapnya.
Adapun lokasi lomba tahun ini di turunan ekstrem pintu masuk Sabuga dari arah Tamansari. Selain memanfaatkan gravitasi secara maksimal, lintasan ini memiliki tikungan tajam yang menguji teknik kemudi dan keberanian pembalap.
"Oleh karenanya, kami mengingatkan kepada para peserta untuk memperkuat sistem pengereman, dan perlengkapan balap yang memenuhi standar keselamatan," tuturnya.
Menurut Adrie, perlombaan dibagi dua kategori utama yakni Race, adu cepat berdasarkan kelompok usia, dan Fun Race, yang menilai keunikan desain dan kekompakan tim. Sementara lomba desain digital mencari konsep kereta peti sabun terbaik, yang mungkin akan diwujudkan di masa depan.
Ia berharap LKPS tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga wadah kolaborasi kreatif antara pelajar, komunitas, UMKM, dan sponsor. Dengan terjadwalnya LKPS, peserta akan semakin banyak dan terorganisir. UMKM juga bisa ikut meramaikan, sehingga manfaatnya terasa bagi warga.
Sementara itu, Ketua Umum Korps Alumni Daya Mahasiswa Sunda (KADAMAS), Aim Nursalim Saleh, punya visi lebih jauh. Ke depan, ia ingin menggelar LKPS per divisi, di mana setiap kota/kabupaten mengirimkan wakil untuk bertanding di tingkat provinsi.
"Kita ingin LKPS menjadi ajang kebanggaan daerah," ucapnya.
Saat ini panitia membuka pendaftaran hingga dua hari sebelum lomba melalui situs resmi LKPS. Rencana lomba akan berlangsung bersamaan dengan gelaran Pasar Seni ITB pada 4- 5 Oktober 2025. Hingga hari ini peserta sudah mulai mendaftar di berbagai kategori dan panitia menargetkan 60 peserta bisa ikut lomba ini. Ajang ini diperkirakan akan kembali menyedot perhatian ribuan penonton, seperti tahun-tahun sebelumnya.(M-2)